Wulan Kurnia Safitri

Waktu memang menjadi rahasia tanpa pernah tahu kapan berhenti
Untuk setiap tetes bening airmata kita adalah duka
Lembut suaramu Wulan, namun nyaris tak terdengar... ada apakah dirimu gerangan?
Aku menggeliat perih beruangkali, dari tikaman-tikaman aksara
Namamu berusaha kupahat, mengapa serasa jantung titahku terjeda, sesakit itukah kehidupan yang kau rasakan!


Kini sejenak aku menembus nalurimu, atas namamu.
Uraian tangis terpecah-pecah terasa sembilu, kubiarkan diri menerima semua rasamu
Rintik airmata pelan-pelan berjatuhan
Nyaring bunyinya tapi tak teraba, inikah mata batin?
Ini sengaja kupahat aksara tanpa suara dan biarkan kutinggalkan jejak-jejaknya
Andai membuat dusta, sungguh tak melebihi kata-kata

Sepertinya kau berteman dengan hujan?
Aroma basah. menengadah kelangit kapas-kapas kelabu bergulung
Fantasi dimulai, aku sedang memecahkan rasa
Ini terlalu dalam aku menulisnya hingga lunglai memijakan kaki gontai
Tuhan..... yang ia inginkan adalah sekujur terang datang sebelum pagi, sebab angan bertambah bebal mengurai lara
Ranting-ranting kenangan bertaut haru, terplanting di hadapan waktu
Isak tangis mulai bicara menunggu akan selalu larik-larik sapa yang menyulurkan cahaya "Apa bisa aku rasakan Tuhan?" Lalu "Apakah ada yang lebih nanar dari hasrat yang terus bermimpi?"


LM-03082019

Mulyani Puspita Sari


M
bak, entah mengapa hari ini aku sedang mengingatmu... iya! Merindumu ialah jalan menuju perjumpaan pada labirin.

Untuk selanjutnya aku mengalami kesepian
L
orong gelap, yang tak kunjung bercahaya kecuali harapan di dada terus menyala-nyala ingin berjumpa.
Yakinku meski sekedar kata tak bermakna, menyapamu hanya sekata adalah kebahagiaan.
A
dalah kelopak pagi yang merekah ketika goyahnya jemari ingin menyapa.
N
amun gemuruh riuh rinai hujan bertamu.
I
ni adalah tintaku, alamat yang semestinya yang kau beri kabar.


Puisi suatu kendaraan yang paling tepat menujumu.
Utara ialah jalanmu

S
elatan tempat persingghanku...
Pupuslah harapan kita untuk bertemu.
Iring-iring dedoa telah mengudara tepatkah menujumu Mbak?
Tutuplah matamu dan tarik napas, lalu hembuskan... apa yang ada dibenakmu?
Ahhhh..... Aku bukan hendak mengeluh akan meratapi perjumpaan kita yang entah.

Sebelum menutup ini dengan salam terakhir
Aku titipkan serpihan rasa dari masa laluku (engkau yang tahu baik dan burukku)
Renda harap selalu melekat pada keinginan
Inginku sekali lagi memelukmu, baik-baik dan bahagia di sana Mbak, kecup dan sayangku.

LM-31072019

Hari Besar Kenangan

Tentu, kau masih ingat bukan, apa yang menjadi momen teristimewa dari 20 July bagiku? Itu adalah hari lahirku, yang kusebut sebagai 'Hari Besar Kenangan' Aku tahu akan terlewati namun demi pertanggung-jawabanku terhadap kenangan, terhadap apa yang dulu, di senja yang tabah aku bergumam. Dan kali ini akan kutunaikan kewajibanku apakah itu? Hanya aku dan Tuhanlah yang tahu...

Selamat ulang tahun berbingkai rapal-rapal do'a ditujukan oleh lelakiku (suami) dan sahabat-sahabat untukku, tapi pada peringatan hari besar kenanganku kali ini, ada yang istimewa dan kado terindah dari-Nya untukku: kan hadir malaikat mungil kedunia.

Kau tahu? Hanya monolog ini sebagai caraku memperingati hari lahirku, menjadi puisi hidupku yang seluruh imajinasinya berasal dari ingatanku tentangmu, puisi hidupku yang setiap nuansanya menyampaikan isyarat tentang kenangan yang mutlak dan selalu.

Ya Allah hari ini adalah hari-ku, bagi hamba sang pemilik raga. Penuh ceria dan penuh tawa, bahagia sungguh suasana terbawa. Segenap handai taulan meluruh kata bak taburan bunga, harumnya menyergap bumi hati sampai ke langit jiwa, wanginya keluar menyeruak di antara suara dan aksara: terpekur hamba di bawah kaki sang Penguasa.

Waktu berlalu tidak terasa telah berkurang jatah usia. Tahunpun sudah berganti masa jasadpun makin dekat binasa, angka umur telah bertambah sadarlah diri sebagai hamba. Amal yang baik terus ditimba agar mendapat surga di damba.

Wahai Sang Penguasa hidup dan mati hamba, hari ini aku datang bersimpuh menyapa. Merenungkan anugerah-Mu akan umur yang tersisa, Engkau manjakan hamba dengan limpahan kasih dan cinta. Betapa tinggi angan hamba dalam kehidupan fana, menebar mimpi-mimpi umpama indahnya fatamorgana. Namun hamba hanyalah jejak raga yang berlumur dosa, yang sia-sia gugur menguburkan dibalik segala peristiwa.
Wahai Sang Penguasa hidup dan mati hamba. Mohon ampun hamba atas segala kelalaian dan dosa, jangan izinkan nafsu dunia membutakan mata; yang akan membuat-Mu marah dan murka.


Hari ini hamba bersimpuh mengharap iba, berkat-Mu yang melimpah jawablah akan munajad hamba. Tuntunlah hamba mengejar cita-cita agar kelak sukses, bahagia bersama keluarga, anak suami tercinta.

Aamiin


LM-11072019

BAETI NURIDA

Burung-burung berteriak dan cacing merayap, di suatu tempat pikirnya hujan selalu lambat reda, gerimis tak berujung.
Ada hal yang telah ia coba untuk mengusir yang tidak akan di ingat, bawa dia tidak membiarkan dirinya berpikir.
Engkau menangis lalu melihat ke jendela dan mendesah lirih: mengapa, ya..... Mungkinkah sama denganku? Hanya hujan nampaknya turun di hati menyebabkan runtuh!
Tetesan air hujan bulan November memadamkan diri dalam deru angin ... hujan deras bulan Desember tiba, dingin seperti besi beku membiarkan giginya saling beradu.
Ingin-ku payung pelangi, tepat ku gantungkan sebelah pintu luar, kerap nanti kau tak berjalan dalam derasnya hujan setapak dengan segala rasa.

Namamu Baeti Nurida, ialah mentari yang bersinar cerah, senantiasa hangat, ceria dan memikat meski sedikit rapuh juga perasa.
Untaian bait sederhana ini ku--sampaikan, cobalah berkawan dengan Senja, yang mempunyai Tamaram Mutiara Biru selaksa mengajarkan bahagia.
Renda harapmu kau tenun dengan pintalan benang kasih, bersama gerimis di bibir mentari.
Indah langit rona jingga sang mentari berbisik lembut, sang bayu menggelitik telinga kupu-kupu.
Dedaunan berdendang: kini tak ada lagi selasar ngilu, kan hadir Malaikat Mungil menari seirama kidung hujan.
Aku mengecup-Mu, tunduk bermunajat pada langit bersama sujudku Tuhan.


12122018

Aku Sama Sepertimu

Jika luka adalah cara terbaik untukku dapat memilikimu selamanya, ku akan menikmatinya, karena rasa ini sudah mati; bertepi satu hati.


Jika menunggumu adalah cara terbaik untukku, ucapkan berapa lamanya? Setidaknya melarai hatiku yang gaduh, setahun... sepuluh tahun? Itukah ucapmu, tak apa-apa sebab aku sudah menikmati delapan tahun sampai detik ini! Selamanya..... O-h!


Jika persembunyian rasa membuatmu nyaman atau mereka tak perlu tahu kau pernah menjalin hubungan denganku? Tak mungkin, karena kita punya urusan yang belum terselesaikan.


Itulah ceritaku...


Aku sama sepertimu...



Bedanya engkau mencintaiku...




Engkau hanya perlu berjuang menyakinkan hatiku, bahagia denganmu. Jangan menyerah... karena lautan sabar juga sedang kuselami. Ataukah kau akan menyemai benih-benih di ladang harap? Jangan pedulikan hama hingga kau teratap-ratap.


25072018

Doa Jones'

Ya Rabb.... Ku katakan sunguh-sungguh dengan hati penuh peluh, tiada azimat yang mujarab, kuasa-Mu yang paling ampuh. Patutkah kupintal segenggam pinta di hati yang paling gemuruh? Benar-benar rasa ini telah meminang jenuh, aku terjatuh!

Ya Allah..... Ku pinta dengan sungguh-sungguh dengan hati penuh lara, hilangkanlah getir rasa yang memporakpondakan jiwa. Ingin aku marah dan teriak aarrRrgGgghhhhhh..... Jeritanku membuncah bersama derasnya airmata yang mengalir, suaraku semakin tersendat-sendat bebayang itu selalu menghantuiku; semu mendera.

Ya Tuhan..... Ku mohon dengan sungguh-sungguh dengan hati penuh syukur, hilangkanlah duka berkepanjangan tak terukur. Kabulkanlah pintalan bahagia dan cita-cita terulur, maafkan diri hamba yang kufur. Permudahkanlah jalan hamba dari riuhnya metropolitan dan bengisnya satir.

Ya Allah..... Doa ini sungguh-sungguh dengan hati penuh ikhlas, ingin kuucap sampai terkuras. Namun, aku malu banyaknya dosaku terkemas. Dan hamba mohon ya Allah, sekiranya Engkau menciptakan manusia berpasang-pasangan jangan jadikanlah kami jones sengsara AJS.
Aamiin ... aamiin ... aamiin ya rabbal a'alamin


19072017

-Oktober

Oktober..... Aku tahu engkau bertandang! Meramu tamu, membawa lembar pristiwa yang sangat mempora-pondakan kehidupan, hingga aku terbata-bata mengeja aksara. Sebab untaiannya aral melintang menggurat sejarah dalam misteri kefanaan.

Oktober..... Akankah engkau pamit tanpa permisi meninggalkan sepatah kecap tanpa basa-basi tuk hilangkan diam tanpa jeda pada diri ini! Aku menanggung lara tiada terkira. Haruskah aku yakin-kan pada hati, bahwa dunia? tidak ... tidak ... tidak, dunia masih sama terbalik dari kenyataan. Ah aku selalu buruk sangka pada-Nya.

Oktober.... Hujan datang siang dan malam. Aku di rundung sakau dalam kecanduan, tiada selimut penawar kehangatan. Sebab tak ada lagi obat kesedihan, petir-petir pun bertebaran. Apakah masih ada kebahagiaan?

Oktober..... Aku menunggu di penghujung tanggalan. Yakinku atas (ke)hendak-Nya menggurat senyum di wajahku.



22102017

Satu ... Satu!

Aku tahu kau 2 dikurangi 1 adalah 1. Tapi kalau kamu pergi, aku tak bisa jadi satu.

Dan aku tahu 1 ditambah 1 sama dengan 2. Tapi kalau kita bersama bukan jadi 2...

Hanya soal waktu, hingga aku jadi satu! Namun setelah membiarkanmu pergi, aku tak bisa
menemukan tempat yang tepat.

Tak bisa merasakan keberadaanku, meskipun kuulangi kata-kata itu hingga menggigil. Aku masih tak bisa jadi satu-satunya: aku berharap bisa memutar waktu.

Meskipun 2 dikurangi 1 adalah 1... aku minus dirimu, tidaklah sama dengan 1.

06012018

Perihal Kerap Tak Ku(r)asa

Aku membiarkan kepalaku jatuh kembali, dan aku menatap langit-langit abadi "sudah pagi" gumamku. Beberapa langit berwarna kuning, biru paling lembut. Satu awan kecil bergoyang-goyang. Aneh bagaimana segala sesuatu di bawah bisa jadi seperti kematian dan kekacauan dan rasa sakit saat berada di atas langit adalah kedamaian? Kelembutan biru yang indah..... Saya pernah mendengar paranormal berkata, "Leluhur ingin jiwa kita seperti langit biru" ah itu perlu diperenungkan.

Betapa sejuknya udara pagi, menentram hati, semangat meniti hari. Awan kecil mengapung seperti bulu merah muda dari beberapa flamingo raksasa (netraku sudah tertuju pada London) sekarang tepi merah matahari mendorong dirinya sendiri ke atas awan tempat kostku. Ini bersinar pada banyak orang, tapi tidak, aku berani bertaruh, yang berada dalam aktifitas adalah orang kerja paruh waktu. Betapa kecilnya perasaan kita terhadap ambisi dan usaha kecil kita di hadapan kekuatan alam yang hebat! Sering membuat kita tamak, di lihat orang muak.

Ah pagi kembali merenungkan diri, dari alpanya jiwa terhadap-Nya. Aku menghindari jam pertama yang suram, kerja dimana indera dan tubuhku yang masih lesu meniti aktifitas kehidupan. Benar barangkali membuat setiap tugas menjadi penebusan dosa. Aku menemukan bahwa ketika tiba di kemudian hari, pekerjaan yang aku lakukan adalah kualitas yang jauh lebih tinggi.


Kurasa... aku tak bisa menoleh ke belakang. Kalau menoleh ke belakang aku? Aku merasa akan kembali. Aku tak akan sedetikpun memutarkan kepalaku. Karena mungkin akan kusesali.

Sejak aku pergi..... Apa-pun alasan yang kutahan! Aku tahu, tak bisa menjelaskannya kenapa alasanya, sungguh aku tak bisa katakan; maafkan aku!

Sebab kenapa aku tak bisa katakan aku mencintaimu... karena hati. Kata di dalam hatiku mungkin lebih dari 1000 kata. Namun pada akhirnya, aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun.
Tidak peduli seberapa besar aku merindukannya, kenangan itu tak akan kembali. Kenangan-kenangan berharga itu tak akan senang melihatku lagi.

Kelak di kemudian hari ... di kemudian hari ... aku akan menyesalinya.
Bila saatnya tiba aku akan kembali.



06012018

Risalah Luka

Di sini-di kamarku, bosan terasa... gundah. Hatiku terus riuh! seiring berdiskusi tanya jawab sendiri seakan gaduh 'Aku harus menerima ketetapan-Nya, sepahit apapun harus di jalani, kusaring, kurengguk walau sepahit empedu yakin belatipun masih tersisah walau tak sesakit jarumi, aku tak boleh kalah ini bukan akhir dari segala risalah ... ini bukan akhir hidupku ... aku harus melanjutkannya ... aku tak boleh kalah' begitulah yang kerap gaduh kepala terasa pecah. Aku di ujung sepi, merintih. Aa--chh apa.... Aku mengeluh? Tidak!

Sesekali aku berdiri di samping jendela, kukepalkan tanganku memohon hujan akan datang. Mohon ... mohon kiranya akan menyirami hati yang gersang. Ternyata kali ini yang aku harapkan terkabulkan, kuhitung tik ... tik percikannya di kaca jendela, hujan-pun datang lebat hingga tak terbilang. Aku-pun keluar menjerit sekuat tenggorokan, pada saat itu kuluahkan amarahku sembari mengutarakan padanya 'Tuhan aku tahu Engkau ada, akankah keajaiban dan dunia berubah? Tidak jawabku lagi dengan terang. Aku selalu menjalankan perintah-Mu dan meninggalkan larangan-Mu namun di balik semua itu aku menukar keinginanku, tapi kenapa tak Kau kabulkan Tuhan? Aku kurang bersyukur, jawabku tenang. O' aku tahu apakah ibadahku tak ikhlas kepada-Mu? Sabar jawabku, buktinya hujan yang kau minta telah datang. Ah, apa? Aku tidak memikirkan seberapa naif, buruk dan piciknya diri ini hingga banyak kebaikanku harus kuhitung-hitung. Jeritanku semakin menjadi, ini adalah penyesalanku, itu sebabnya Tuhan, Engkau kabulkan hujan kali ini bertandang.' Benar!

Setidaknya aku telah mengutarakan semua risalah lukaku pada-Nya, sebelum dunia benar-benar berakhir kutemui. Aku-pun kemudian bergegas teduh membersihkan diri dan penuh rasa kusesali 'Kukatakan sungguh-sungguh kurendahkan hargadiriku... aku malu padamu Tuhan, aku mengeluh padahal hidupku masih seujung kuku yang kujalani.' Sembah sujud dan tobatku Tuhan, aku harus belajar lagi. Tak sekali!

09032018

Lilin Kecil Tertiup Angin


Aku menyukai malam yang sunyi, sebab di situ untuk mimpi yang bahagia... kemudian muncul mengungkapkan pandangan pesonaku terukir. Apa mungkin memberkati mataku yang terbangun dari tidur? Seketika jemariku mulai menari kisah sahabatku yang belum berakhir. Baiklah sudah ingin memulai rasanya lentik jemariku memijit keyboard.

Biasa orang memanggilku Moely, atau juga Lilyn aieett ..., bukan karena aku waktu kecil suka makan es lilin lo itu karena nama kepanjanganku Moely Avelyn Abdullah. Sekarang ini aku berumur 26 tahun, aku cukup piawai dalam segala bidang yang terpenting adalah tekat kuat dan gigih. Karier-ku sukses, iyaah itu karena usahaku sedari kecil untuk meraihnya, segala upaya dan rencana telah aku bentuk serta pengorbananku tak menikmati masa muda asa mengendap dalam dada yang tak perah punah.

Aku suka hidup di negri orang, bukan karena aku pernah tinggal di Australia alasanya iyaa hanya suka aja. Sekarang aku sudah 3 tahun tinggal di Indonesia dan kerja di sini, namun sesuatu hal tak terduga terjadi padaku kali ini kerap ubun-ubunku terasa meledak tak tereda;


"Aku di ujung sepi
Kekasih hati telah pergi
Gelisah tiada henti
Kehancuran telah membuntuti
Ah, apa kegagalanku tepat hari ini?
Dimana teman, sahabat dan keluarga menyaksikan kebingungan hati
Sabar ... sabar itulah kecap mereka tiap kali
Aku bosan dengan semua ini
Hanya dengan hitungan sehari
Aku dibuat tiada mengerti
Uang, kerjaan, sahabat telah pergi
Mungkin Tuhan sedang menguji"

**
Jemariku berhenti, karena telphonku berbunyi, segeralah kuangkat dengan cepat. Nih orang tahu aja ya, kalau aku lagi nulis tentang dia! Oh, Moely ... Moely.

"Iyaaa ... hallo Lyn." kataku.

"Dindaa....." sahutnya lirih.

"Iya Lyn, dirimu lagi dimana sekarang?" tanyaku, karena rasa kekhawatiran.

"Aku di Cafe Graes" jawabnya dengan nada yang tak kumengerti.

"Ok Lyn, tunggu ... tunggu ya? Aku segera nyampe sana." takutku hal-hal yang tak teringinkan terjadi.

"Iyaa" seperti suara orang mabok kali ini.

Sssssttt-dah! Montorku di stater, engkol gak bisa bukan karena habis bengsin. Montor juga ada mogok-mogoknya. Kulihat jam tanganku tepat pukul 22:34 Wib tak kuambil pusing langsung aku lari, jaraknya juga gak terlalu jauh 500 meter-an.

Ternyata benar dugaanku, dia mabok! Kulihat dia sedang bicara dengan dua orang pria di mejanya. Aku pikir laki-laki itu sedang merayunya, segeralah kuhampiri.

"Lyn ... Lyn! Sadarlah dirimu mabok ya? Ayok kita pulang." sembari kutuntun, kupegang tangannya dan membawanya keluar.

"Maaf, Mbak! Dia belum bayar." cegah pelayan cafe.

"Iyaah ... ini Mas." langsung kusodorkan kartuku.

Aiesss! Berapa banyak yang dia minum hingga muntah dan tak bisa sanggup berjalan? Akhirnya aku gendonglah dia di punggungku. Karena beratnya 45, rasanya aku kuat. Sepanjang perjalanan dia ngoceh-ngoceh semuanya di bicarakan.

"Langit semakin gelap, dicat biru dengan warna biru, satu pukulan pada satu waktu, ke nuansa malam yang lebih dalam dan dalam. Kita butuh walau hanya LILIN KECIL (sahabat) untuk penerang yang tidak banyak kegelapan karena kegelapan itu penuh dengan suara orang lain di seberang ruangan, bahkan ketika malam hari terasa tebal dan tanpa bintang, mereka berdua akan berjalan pulang bersama dari sungai melihat siapa yang bisa bertahan paling lama
tanpa harus menyalakan senternya, tidak takut! Karena kadang-kadang di lapangan malam mereka berbaring telentang di tengah jalan dan melihat ke atas sampai bintang-bintang kembali dan ketika mereka melakukannya, akan meraih tangan untuk menyentuh dan melakukan pada saat itulah tertawa terbahak-bahak bagi diri tanpa beban. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul."


Sampailah kita di Apertemenku, dan kuletakkan ia di tempat tidur. Tidak mungkin aku membawanya pulang kerumah, bisa jadi nanti Ibunya yang sedang sakit-sakitan melihat anak bungsunya mabok akan berakibat fatal. Sembari kuganti pakainya kulihat wajahnya dalam-dalam. Tak terasa airmataku menetes, aku merasa bukan sahabat yang baik untuknya! Kemana kemarin saat dia membutuhkan-ku? Bukan ceramah atau ngoceh-ngoceh berucap 'sabar ... tabah, pasti ada hikmahnya' dia tak butuh kecap begituan, serasa akan menjatuhkan tarik ulur yang di ucap.

***
Segeralah kumatikan notebook-ku. Aku rasa ini juga aibku dan tak patut untuk di rangkai tulisan lalu akan mendapat tepuk tangan atau acungan jembol. Lalu pembaca berkata 'Hebat Dinda, setia dan pengertian dengan sahabatnya' aku-pun menangis turut menyesal dan akan kuperbaiki lagi persahabatan ini.

"Friendship is the hardest thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything."

14032018